Minggu, 06 September 2009

Marah Menu Sahur Dibuang, Anak Bunuh Ayah Kandung

Marah Menu Sahur Dibuang, Anak Bunuh Ayah Kandung

Quantcast

Jenazah Subandrio saat diindentifikasi tim Olah TKP Poltabes Medan.

Jenazah Subandrio saat diindentifikasi tim Olah TKP Poltabes Medan.

DELI TUA-Di tengah guyur hujan kemarin (4/9) malam, sepasang suami isteri di Jalan Deli Tua, Kel. Durian, Kec. Medan Johor, cekcok hebat. Pertengkaran disaksikan dua anak mereka yang telah dewasa. Subandrio (57), suami pengangguran itu, akhirnya dibunuh sadis. Sebelum dibongkar polisi, semua tetangga di sana meyakini Subandrio meninggal karena terjatuh saat memperbaiki atap tepas rumahnya.

Arwah penasaran Subandrio tak terima berakhir naas. Rohnya menuntut balas hingga terkuaklah pembunuhan yang dilakukan anak kandungnya sendiri. Tragis, dia dicangkul dan disabet parang di hadapan isteri dan anaknya yang lain.

Sebelumnya keluarga berusaha menutupi kasus pembunuhan sadis ini. Pasalnya, tanpa memberitahu pihak kepolisian, mayatnya disemayamkan di rumah duka dan hendak dimakamkan usai Sholat Jumat (4/9) kemarin.

Bahkan sebelum kedatangan petugas, rumah yang terletak di Gang Sari No.62 B Jalan Deli Tua, Kelurahan Durian, Kecamatan Medan Johor tersebut sudah dipenuhi para pelayat. Bahkan di persimpangan sudah berkibar bendera merah tanda ada yang berduka.

Namun warga yang tak percaya korban tewas akibat terjatuh, segera menghubungi polisi yang segera terjun ke lokasi. Begitu meminta keterangan beberapa saksi, penyidik menduga ada yang tidak beres dengan kematian itu.

Informasi dihimpun, saat petugas Polsekta Deli Tua terjun ke rumah duka guna mencari keterangan, Saidah alias Ida, istri alm Subandri atau yang akrab disapa Badri awalnya bersikeras suaminya tewas akibat terjatuh pada saat memperbaiki atap tepas rumah.

Ida bahkan menunjukkan atap rumah mereka yang memang sudah berlubang. Tujuannya agar petugas percaya dengan alasan pihak keluarga. Namun polisi tak percaya begitu saja.

Dimintai keterangan di lokasi, warga ada yang mengakui kondisi jasad Badri yang penuh luka. Selanjutnya petugas memanggil tim identifikasi dari Poltabes MS guna memeriksa mayat yang sudah dimandikan dan dibungkus kafan tersebut.

Saat itulah ditemukan dua bekas luka akibat benda tajam dan 4 sobekan di punggung Badri. Seisi rumah lalu ditelusuri hingga ditemukan barang bukti berupa cangkul, parang dan baju korban yang dipenuhi bercak darah.

Yakin terjadi penganiayaan, polisi menginterogasi warga dan keluarga. Akhirnya, Ida buka mulut. Dia menunjuk anaknya Bambang Edi Syahputra yang telah membunuh suaminya.

Guna mencari kepastian, tubuh kaku Subandri diboyong ke Rumah Sakit Umum (RSU) dr Pirngadi Medan guna diotopsi. Warga sekitaran Jalan Deli Tua, Kelurahan Durian, Kecamatan Medan Johor pun bertambah geger.

Diterangkan Ida di rumah gubuknya, peristiwa itu terjadi tengah malam kramat Jumat kliwon (3/9), tepatnya pukul 23.00 WIB. Saat hujan sedang melanda sebagian besar kota Medan, Badri pulang ke rumah.

Ayah lima anak yang sudah sebulan menganggur karena tak ada orderan perbaikan instalasi listrik itu, langsung marah-marah begitu melihat menu makanan. Bahkan dia mencampakkan makanan yang seharusnya disediakan untuk sahur itu.

Perbuatan Badri ternyata membuat kesal isterinya. Cek-cok suami isteri ini pun tak terelakkan hingga mengundang perhatian anak mereka, Bambang dan Kiki yang juga tinggal di gubuk itu.

Tiba-tiba dari balik ruangan yang lain, Bambang datang menghampiri sambil membawa cangkul. Diduga tak terima ancaman Badri yang mau memukul Ida, alat tani itu langsung dipukulkan Bambang ke kepala ayahnya hingga terkapar.

Tak hanya itu, di rumah mereka yang sedang padam aliran listrik, Bambang juga menyobek punggung Badri dengan menggunakan sebilah parang. Adiknya Kiki berusaha melerai dan berteriak minta tolong.

Teriakan itu mengundang perhatian warga. Tapi warga tak bisa berbuat banyak. Sebab saat dihampiri, Badri sudah berlumuran darah. Meski begitu Supandi, tetangga korban segera membawa Badri ke petugas medis terdekat.

Di kediaman bidan itu, ternyata peralatan tidak memadai untuk menutup luka-lukanya. Badri pun dirujuk ke RS Hidayah yang terletak di Jalan Besar Deli Tua. Tapi naas, di perjalan nyawanya melayang. “Saya lihat dia (Badri-red) sudah berlumuran darah dan dipangku anaknya (Bambang-red),” ucap Supandi seraya menunjukkan Bambang.

Hal itu juga dilontarkan Beni yang ikut membawa Badri ke rumah sakit. “Sewaktu dibawa ke Rumah Sakit Hidayat, nyawanya sudah nggak ada,” tambah Beni yang ditemui di depan kediaman korban.

Sejauh ini, polisi masih menetapkan Bambang sebagai tersangka. Kemarin siang, dia diboyong ke Polsek Deli Tua berikut barang bukti, parang, cangkul, dan baju korban yang berlumuran darah.

Tak hanya itu, guna memastikan terlibat atau tidak, Kiki juga dibawa ke Polsek Deli Tua untuk dimintai keterangan. Sumber di kepolisian juga menyebutkan, hal itu juga akan dilakukan pada Ida. “Terlibat atau tidak, itu nanti disimpulkan,” sebut sumber.

Sementara Kapolsekta Deli Tua AKP Yoris dan Wakilnya Iptu W Sidabutar yang ditemui di lokasi mengatakan, “Tersangka Bambang sudah kita amankan, sementara Kiki adik tersangka juga kita amankan untuk dimintai keterangannya.”

Ditambahkan AKP Yoris, sementara ini pihaknya menduga, pelaku tidak Bambang seorang. “Dari banyaknya luka yang diderita korban, kemungkinan besar pelaku tidak seorang diri,” kata Yoris singkat. (reza)

Keluarga Tolak Otopsi

KEPERGIAN Subandrio alia Badri ditangisi istri dan enam anaknya, Dian Wahyudi (30), Bambang Adi Syahputra (29), Kiki (28), Mamik Handoko (24), Bagus (23) dan Rina Sari (21). Ia merasa cobaan yang dihadapi keluarganya tidak pernah berhenti.

Kemarin saat hendak diotopsi, Rina dan Saidah meraung, tidak setuju Badri diotopsi. Terutama Rina, putri bungsunya tampak shock. “Jangan dibelah-belah bapakku. Aku gak setuju, waktu hidup dia susah, sekarang dah matipun mau dibelah-belah. Aku gak mau, bapakku bukan binatang,” teriak Rina histeris.

Sementara Ida bilang, dia gak tahu proses otopsi harus membedah jenazah. “Katanya cuma diperiksa luar aja makanya kami setuju. Udahlah jangan dipersulit lagi. Suamiku dah meninggal biarlah dia tenang,” pinta Ida, saat mayat suaminya mau diotopsi. Karena keberatan, tim medis pun hanya melakukan visum.(widya)posmetro-medan.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar